Saturday, November 03, 2007

Pengaruh Schumpeter

Dalam bukunya Capitalism, Socialism and Democracy (1942), salah satu yang disoroti adalah soal perdebatan antara keseimbangan dan evolusi sebagai sesuatu yang berbeda. Dalam pembahasannya, Schumpeter sering menggunakan istilah “historical equilibrium” dan ‘societal equilibrium’ yang menandai perhatiannya pada dimensi evolusi (‘historical’) dan kompleksitas masalah (‘societal’) dalam mencapai titik keseimbangan.

Bahkan secara tegas Schumpeter mengatakan bahwa pembangunan pada hakikatnya akan menjungkirbalikkan keseimbangan dan tidak pernah membawanya kembali pada titik keseimbangan yang lama atau bahkan sulit mencapai titik keseimbangan yang baru. Pembangunan adalah proses yang melibatkan banyak elemen yang kompleks dalam masyarakat serta berada dalam sebuah kontek historisitas tertentu. Akibat penolakannya pada konsep keseimbangan ini, para pembaharu pemikiran Schumpeter (neo-schumpeterian) menolak konsep keseimbangan melalui ‘anti-equilibrium manifesto’.

Ada beberapa elemen penting dalam pemikiran Schumpeter :
1. Kapitalisme adalah sebuah proses historis, di mana “perubahan” (dan bukan “keseimbangan”) merupakan hal penting dan sentral dalam proses tesebut.
2. Para agen ekonomi dipandang sebagai subyek yang kreatif serta menjadi pelaku penting dalam proses transformasi.
3. Kompetisi sebagai mekanisme seleksi dalam proses perubahan .
4. Inovasi sebagai enigma yang lain dalam proses perubahan.
5. Unsur uang (finance) dalam proses inovasi sangat penting. Hampir tidak mungkin perubahan dilakukan tanpa uang.
6. Tingkat keuntungan, sebagai akibat dari proses inovasi, menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya keanekaragaman (heterogeneity).

Secara ringkas, pemikiran Schumpeter secara tegas menolak prinsip “keseimbangan “ dengan menawarkan cara pandang institusional dalam melihat dinamika dan persoalan ekonomi. Maka dari itu, oleh para pembaharu pemikirannya mengkampanyekan cara pandang baru melalui “pro-institutional economics manifesto”.

Dengan pengakuannya pada faktor-faktor institusi dalam melihat dinamika ekonomi, pendekatan Schumpeter tentang ekonomi adalah bahwa dinamika ekonomi tak lain adalah hasil dari konstruksi sosial yang di dalamnya mengandung perubahan, konflik dan kesepakatan yang bersifat permanen. Prinsip inilah yang kemudian dikembangkan oleh kelompok ekonom dari Prancis yang menawarkan Teori Konvensi dalam ekonomi.

1 Comments:

Blogger Deno Hervino said...

Teori Schumpeter

Teori Schumpeter ini pertama kali dituangkan dalam bukunya berjudul “The Theory Economic Development” yang merupakan sadur dalam bahasa Jerman. Lalu dijelaskan lebih lanjut dalam buku yang judulnya “Bussiness Cycle”

Inti dari teori pembangunan Schumpeter bahwa pembangunan ekonomi akan pesat hanya dalam sistem ekonomi kapitalisme, namun dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami stagnasi (Pendapatan ini sama dengan pendapat dari kaum klasik).

Schumpeter menegaskan bahwa invosi dan entrepreneur merupakan generator dalam pembangunan ekonomi. Tersedianya para inovator, lingkungan sosial, politik, dan teknologi merupakan suatu syarat mutlak terjadinya proses inovasi. Dan tentunya ada satu faktor yang sangat penting juga yaitu tersedianya sistem perkreditan yang mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

Apa yang menjadi benefit bagi para inovator? Tentunya Schumpeter merinci bahwa siapapun yang behasil dalam melakukan proses inovasi maka akan menikamti hak monopoli dan tentunya keuntungan monopolis juga.

Lalu efek apa yang diharapkan terjadi setelah terjadi inovasi? Jawabannya, munculnya teknologi baru dan imitasi. Kedua faktor inilah yang akan memicu terjadi investasi dan akhirnya terjadi penyebaran teknologi ke masyarakat luas.

Kenapa dalam jangka panjang, kapitalisme akan stagnasi dan runtuh?

Karena dalam jangka panjang, snowball effect dari inovasi tersebut tentunya akan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan kemerataan distribusi pendapatan (karena inovasi akan membuat produknya bisa dinikmati orang banyak). Namun dengan semakin makmurnya masyarakat akan memicu terjadinya perubahan kelembagaan dan pandangan masyarakat yang semkain jauh dari sistem kapitalisme asli. Dimana sistem tunjangan sosial (bantuan tunai langsung) kepada para pengangguran, sekolah gratis, sistm asuransi, dll..

Inilah yang membuat sistem kapitalisme dalam jangka panjang runtuh dan beralih menjadi sistem sosialis.

6:28 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home